MUKSA…..

April 29, 2009 pukul 2:56 pm | Ditulis dalam S A L A M kenal, Uneg-uneg, Waahhhhhh | Tinggalkan komentar

Pengumuman-pengumuman..

aku akan muksa (menghilang) beberapa waktu… Kira-kira ya…2-3 bulan.. Untuk apa? wah maaf ya.. ini rahasia negara… nggak boleh dibocorkan sama sekali…

Harap maklum ya….

Hadits 2 dari 42 Hadits Arba’in, bag. 7 (tamat)

April 27, 2009 pukul 1:49 pm | Ditulis dalam R E N U N G A N, Tarbiyah, Uneg-uneg | Tinggalkan komentar

“…Kemudian laki-laki misterius itu pergi, dan aku tinggal dengan tenang beberapa hari, sehingga Rasulullah menanyaiku: “Wahai Umar! Apakah kamu tahu siapakah laki-laki yang datang tempo hari?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul Nya lebih mengetahui siapakah orang tersebut”. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya dia itu malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan kepada kalian pokok-pokok agama kalian ini.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Setelah terjadi tanya jawab tersebut, dan pada waktu itu para sahabat cuma mendengarkan saja, laki-laki itu pun pergi. Umar (dan para sahabat yang lain) tidak mengetahui siapakah gerangan orang yang datang tersebut sampai Rasulullah memberitahu bahwa orang tersebut ialah Jibril.

Pelajaran apa ya yang bisa diambil dari potongan terakhir dari hadits ini?

Pelajaran memperhatikan apa yang didengar atau menjadi pendengar yang baik.

Umar dan para sahabat yang lain, tidak memotong tanya jawab tersebut. Umar dan para sahabat yang lain, tidak menginstrupsi tanya jawab tersebut.

Jadilah pendengar yang baik, walaupun saat itu materi yang disampaikan tidak dapat dipahami sama sekali; karena suatu saat nanti, kita akan memahami apa yang dulu tidak kita pahami.

Rentang waktu dan pengalaman, adalah dua hal yang akan memahamkan kita apa yang dulu tidak kita pahami.

Kalau di suatu forum, anda tidak faham apa yang disampaikan, jangan keburu bad mood, kemudian malah dolanan hp, atau corat-coret nggak karuan. Tetap fokus mendengarkan, dan ingat-ingat saja apa yang dikatakan. Pemahaman selalu datang terakhir….

Sulit… (he..he..he..) harus itu… kalau nggak sulit berarti salah (kata orang tua jaman doeloe)

Nah selamat mencoba..

Material Oriented….

April 27, 2009 pukul 1:33 pm | Ditulis dalam R E N U N G A N, Uneg-uneg, Waahhhhhh | Tinggalkan komentar

Judulnya nggaya nih….

Tapi apa pembahasannya?

Sudah baca Jawapos hari ini (27/4) ? tentang banyaknya orang seteres di Jakarta?

Aku ketika membacanya cuma bisa nggelus dada. Aku yakin kejadian ini bukan hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga terjadi di kota-kota besar di seluruh negeri tercinta ini.

Koran itu menyebutkan salah satu penyebabnya ialah persaingan hidup, orientasi material. Kalau nggak borju, nggak bakalan diterima. Seperti yang dialami sinta. Teman-temannya orang berduit (walaupun duit itu tinggal nodong ortu), dan selalu mementingkan barang yang dipakai orang sebelum dijadikan teman.

Apapun penyebabnya, sumber masalah dari penyebab itu ialah cara pandang terhadap materi. Orang yang materinya banyak, itu lah yang dipertuan; yang nggak punya materi, minggir aja deh … mengganggu pemandangan!

Ini adalah hasil budaya materialistik, yang merupakan satu paket dengan pasar bebas, dan demokrasi. Coba kalau Islam, nggak bakalan jadi seperti ini…

Islam itu menghargai hak milik seseorang… Orang mau mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, boleh… tapi, jangan lupa dengan orang lain. Beri orang lain bagian harta yang didapat, entah ini dinamakan zakat, atau shadaqah.

Islam menjelaskan (lewat Al-Qur’an dan Al-Hadits) bahwa sebenarnya seluruh manusia, sejak zaman Adam hingga orang yang akan hidup terakhir nanti, jatah rizkinya di dunia ini sama (kita misalkan dengan bilangan 10), tapi kita tidak menerima bulat bilangan sepuluh itu. Ada kalanya, kita hanya diberi 6, 8, 2, 1 atau bahkan tidak diberi sama sekali. Lha kemana sisa jatah kita? Dititipkan kepada orang lain.

Untuk apa? Untuk menumbuhkan, menyemai rasa sosial di antara manusia. Agar setiap orang saling bantu-membantu. Si kaya membantu yang miskin dengan kekayaannya.

Islam menekankan kepada orang yang kaya, bahwa dia kaya karena ada bagian harta orang lain yang dititipkan kepadanya. Atas kesadarannya dalam menjalankan agama, dia diminta mengeluarkan zakat untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Begitu juga orang pintar, orang bijak, orang penyabar. Mereka bisa mendapat gelaran tersebut karena ada orang lain yang bodoh, yang tidak bijak, dan tidak sabaran. Kenapa? Sama seperti harta itu, sebagian kepintaran orang lain, sebagian kebijaksanaan orang lain, sebagian kesabaran orang lain, dititipkan kepadanya.

Kalau orang sudah menyadari ini, maka materi itu tidak untuk dikejar. Mereka tidak akan bekerja, belajar hanya untuk menumpuk-numpuk materi. Karena bekerja, belajar itu hanyalah wasilah (perantara) sampainya jatah rizki yang telah ditetapkan atasnya; sehingga persaingan yang terjadi itu persaingan yang sehat dan tidak memakan korban.

So.. sekarang sadar nggak?

Buku Tamu………….

April 26, 2009 pukul 10:26 am | Ditulis dalam Buku Tamu, S A L A M kenal | 10 Komentar

Tadinya, aku merasa nggak butuh mengiklankan buku tamu… tapi dengan pertimbangan dan masukan dari beberapa pihak, akhirnya ‘terpaksa’ membuatnya (hi..hi..hi.. kayak nggak ikhlas aja ^-^).

Nah, bagi yang berkunjung di blog ini, tolong tinggalkan komen di sini. Lengkap beserta alamat, supaya aku bisa membalas kunjungan anda…..

Salam kenal dari aku…. dan tolong sampaikan salamku pada seluruh keluarga, orang-0rang yang anda temui, dari tukang parkir, sampai rentenir, dari tukang batu, sampai eksekutif berjiwa muda (yang tua jangan ah) …. :p

Mari berjuang lewat blog, Keep fighting with blog… okey?!

Have nice day… and Thank You for all

Hadits 2 dari 42 Hadits Arba’in, bag. 6

April 26, 2009 pukul 4:51 am | Ditulis dalam R E N U N G A N, Tarbiyah | Tinggalkan komentar

“… Orang tersebut berkata: “Kalau begitu, beritahukanlah kepadaku apa tanda-tanda kiamat itu?” Rasulullah bersabda: “Seorang budak perempuan itu melahirkan tuannya, dan engkau akan melihat pengembala kambing yang tidak berbaju (ngligo, jw), tidak beralas kaki (nyeker, jw), lagi miskin, merek berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan …”

Orang asing tersebut tidak menyerah ketika diberitahu bahwa Rasulullah pun tidak mengetahui kapankah hari Kiamat. Orang itu bertanya tentang tanda-tanda Kiamat, yang oleh Rasulullah dijawab: bahwa salah satu tanda-tanda Kiamat ialah ketika seorang anak berani durhaka kepada orang tuanya. Dalam hal ini Nabi menggambarkannya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.

Tanda kiamat yang lain: orang-orang yang tidak punya kemampuan untuk menjadi pemimpin dijadikan pemimpin. Dalam hal ini Nabi menggambarkannya sebagai orang yang hidupnya di desa, hanya tahu masalah kambing dan padang rumput, tiba-tiba dijadikan penguasa, ya tentunya nggak tahu apa-apa no… terus negaranya bubrah…

Tanda kiamat yang lain: orang-orang miskin itu tidak sungkan-sungkan untuk membangun rumah bertingkat, rumah mewah. Tidak peduli lagi dari mana uang itu didapat. Tidak peduli, dengan keadaan dirinya sendiri. Tidak peduli, bahwa dirinya miskin.

Asal dia bisa menampakkan status sosialnya, dia sudah merasa cukup. Asal orang tidak tahu bahwa dia sebenarnya dari golongan orang yang tidak mampu. Dia tidak peduli dengan norma-norma agama, yang penting dapet uang. Uang, uang dan uang…

Jangan korupsi… emang gua pikirin… Jangan menipu… ah sok alim loe….

Sejak bangun tidur, hingga akan memejamkan kedua mata lagi, yang ada di benaknya, yang ada di pikirannya, hanyalah uang. Bagaimana supaya dapat menimbun uang sebanyak-banyaknya… Makin banyak, makin baik…

Supaya nanti bisa mencukupi keturunannya… alasan yang biasa dipakai.

Inilah pikiran orang yang menilai kebahagian itu tergantung materi.

Mereka hanya menipu diri sendiri… sebenarnya mereka itu kering dari kebahagiaan. Kenapa mereka tidak mau belajar dari seorang penjual batu ungkal di kawasan metropolitan? (tahu batu ungkal kan…? itu lho batu yang digunakan untuk mengasah pisau agar menjadi tajam…).

Bagaimana seorang penjual batu ungkal, masih menjajakan dagangannya dengan pikulan. Padahal di zaman ini, harga pisau baru pun sudah murah meriah…

Dia tidak peduli apakaha ada yang membeli atau tidak, yang penting dia berusaha, ikhtiar… lalu dapet rizki apa nggak.. itu urusan akhir…

Merenung sebentar yuk…

kayaknya zaman kita ini sudah seperti apa yang digambarkan oleh Rasulullah ya…

Jadi Burung Yuk…

April 26, 2009 pukul 4:32 am | Ditulis dalam Mutiara, R E N U N G A N, Tarbiyah | Tinggalkan komentar

Eh… tapi jangan salah sangka ini mantra burung jadi-jadian lho… kalo mantra-mantra-an berarti ini ngilmu hitam…

Maksudku di sini, sifat burung yang tawakkal…. Burung tuh (kata dia, tapi jangan tanya saya kapan burung cerita…)  dia nggak pernah mikirin yang namanya makanan. Keluar di pagi hari dari sarangnya dalam keadaan lapar, pulang kandang sudah kenyang deh…

Itu burung, kalau manusia? kalau aku (yang merasa jadi manusia) tuh banyak maunya. Hari ini mikirin besok, bukan hari ini. Padahal, sudah jelas-jelas aku tahu ada kata-kata kemaren sejarah, besok mimpi, sekarang adalah kenyataan.

Pernah denger kata kayak githu nggak? kalau nggak persis, ya paling tidak maknanya sama dengan kalimat tersebut.

Hadapi kenyataan sekarang. Berbuatlah untuk hari ini. Jangan terlalu merisaukan hari esok yang belum jelas, apakah kita masih hidup atau sudah sowan ngadep pangeran.

Mikir sih boleh… tapi sampai terobsesi dan mengabaikan tantangan yang mesti dihadapi hari ini… wah itu sih pemimpi…. (kalau pemimpinya edensor sih nggak papa, kan cuma novel…)

Secara logika, itu sudah nggak bisa diterima. Tapi, ya yang namanya manusia, apalagi hidup di zaman yang segala sesuatu dinilai dari material, hal ini tentu syusyahnya minta ampun. Hari ini, buat mikir besok. Mau makan apa? pakek baju apa? Mau weekend kemana? de el el…

Kalau mau mengambil pelajaran dari nilai agama (agama apa saja, apalagi Islam), semua orang pasti tahu bahwa setiap agama itu mengusung kesederhanaan.

Pola hidup sederhana… hidup seadanya…

Ambil contoh Islam. Di dalam Al-Islam diajarkan ketika bersedekah, agar jangan terlalu pelit, tapi juga jangan terlalu boros. Yang sedang saja.

Dalam pola makan, Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan agar jangan makan sebelum kita benar-benar merasa lapar, tapi kalau sudah makan, segera berhenti kalau sudah merasa kenyang.

Dalam berpakaian, tidur, de el el. Islam mengajarkan kesederhanaan. Tidak kepingin sama yang ada pada orang lain.

Kembali ke burung…

Kira-kira bisa nggak ya, kita – saya dan anda semua- meniru sifat burung tersebut… mengambil secukupnya dari kehidupan dunia ini….

Behind Contrengan 9 April

April 25, 2009 pukul 1:53 pm | Ditulis dalam Cerita, Iseng | Tinggalkan komentar

Yup, tanggal sembilan telah berlalu. Yang berhasil mencapai angan-angannya menjadi anggota dewan yang “terhormat”, bisa tertawa ewa. Tertawa sambil memikirkan cara untuk mendapatkan kembali uang yang telah dihambur-hamburkan selama kampanye. Balik modal ceritanya.

Tapi, yang gagal padahal sudah ngeluarin biaya yang nggak sedikit, ya udah stress, gila, gendeng, dsj. Lha gimana yang berubah otaknya, lha wong hutang sana-sini,  jual ini-itu, kalau perlu jual warisan keluarga, tapi lagi apes, nggak dapet suara yang bisa ngelolosin dirinya ke gedung dewan. Ya, stress lah…

Ternyata, contrengan kemaren itu menyisain cerita-cerita lucu. Misalnya, ada yang mengisi nama dirinya di kolom yang masih kosong kemudian dicontreng sendiri.

Atau, bawa spidol, kemudian gambar-gambar pas foto milik caleg itu dioret-oret, biar ngganteng githu… tambah kumis, tambah jenggot, tambah kacamata, dan setelah puas oret-oret, gambar yang ‘indah’ itu pun dicontreng…

Karuan aja ya nggak sah dong…

Dasar… ada-ada saja ya kelakuan orang-orang itu….

Hadits 2 dari 42 Hadits Arba’in, bag. 5

April 19, 2009 pukul 2:07 pm | Ditulis dalam Mutiara, Tarbiyah | Tinggalkan komentar

… Lelaki itu bertanya: “Kalau begitu, kabarilah aku kapan kiamat itu?” Rasulullah menjawab: “Tidaklah orang yang ditanyai itu lebih tahu daripada orang yang bertanya” …

Sebuah pertanyaan kembali mencuat dari orang asing tersebut. Dia bertanya kapan terjadinya kiamat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: bahwa kiamat itu tidak diketahui kapan terjadinya. Bisa nanti malam, besok, lusa atau pada waktu yang manusia itu tidak siap.

Pelajaran yang diambil pertanyaan itu ialah: Kiamat itu sesuatu yang akan terjadi, akan tetapi, kapan terjadinya merupakan perkara ghaib yang tidak diberitahukan kepada manusia. Jangankan manusia biasa seperti kita ini; kepada nabi Muhammad pun hari Kiamat itu tidak diberitahukan.

Jadi, hati-hati sodara-sodara, kalau ada orang yang ngaku tahu kapan kiamat itu terjadi. Kenapa? karena orang yang ngomong begitu mesti gilanya. Gila, Gila, dan Gila. Yang ngubris ocehannya orang gila berarti … (isi sendiri ya….)…

Pelajaran dari Tukang Becak

April 13, 2009 pukul 11:07 pm | Ditulis dalam Cerita, Uneg-uneg | 2 Komentar

Sore ketika hujan turun dengan deras, diiringi hembusan angin yang tidak sekencang yang pernah terjadi. Aku dan temanku duduk di depan rumah menyaksikan pemandangan yang suram, tapi yang diomongin masalah bola. Masalah serunya hasil pertandingan liga-liga dunia.

Tiba-tiba lewat sebuah becak mengantar penumpang yang kebetulan tetangga depan rumah. Pertama-tama, aku nggak perhatian sama sekali kepada Pak becak itu. Tapi, perhatianku berhasil disita oleh tukang becak tersebut.

Apa sebab? Ketika penumpang sudah turun, membayar, dan masuk rumah, ternyata tukang becak tersebut masih berdiri di emperan rumah, berteduh dari serangan hujan dan angin. Baju dan celana yang dipakai sudah basah kuyup.  Bahkan sempat aku lihat tukang becak ini menggigil menahan dingin.

Hujan sore itu tidak berhenti, tetapi malah semakin kencang dan deras. Aku lihat tukang becak yang ku taksir umurnya sekitar 40 an tahun itu merasa bimbang.

Entah mengapa, rasa bimbang yang ku lihat dari raut muka itu membuat hatiku trenyuh.

Aku merasa bersalah. Bersalah pada diriku yang tidak pandai bersyukur kepada Tuhanku, Allah. Bersyukur terhadap kenikmatan  yang telah dilimpahkan atasku. Kenikmatan berupa orang tua yang punya ekonomi yang mapan (menurut pandangan orang lain), punya rumah untuk berlindung, punya adik-adik yang lucu, tapi juga menjengkelkan, dan masih banyak lagi yang perlu aku syukuri.

Dibanding dengan tukang becak itu, keadaanku ini lebih baik dari keadaannya. Jauh-jauh lebih baik darinya.

Aku merasa kasihan kepada tukang becak itu. Demi mendapatkan lima ribu atau sepuluh ribu, tukang becak itu harus mengayuh pedal becak, menempuh lalu lalangnya kendaran bermotor. Hujan ataupun panas tidak dihiraukan. Tak jarang, tukang becak itu mendapatkan umpatan kasar dari pengguna kendaraan bermotor yang merasa terganggu perjalannya karena becak yang berjalan.

Akhirnya, aku masuk kembali ke dalam rumah dan membikin segelas teh manis yang panas. Niatku, aku ingin memanggil tukang becak itu untuk menghangatkan badan barang sejenak di rumahku. Akan tetapi, ketika aku sampai di depan rumah, aku dapati tukang becak tersebut sudah pergi.

Aku sadar dan merutuki diriku sendiri, kenapa aku tadi tidak memberi tahu tukang becak tersebut sebelum aku masuk membikin teh tadi. Ah, sungguh suatu tindakan yang bodoh!

Aku mendapatkan satu hal, bahwa benar apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa jika kamu ingin bersyukur dengan sebenar-benar syukur, maka lihatlah orang yang kedudukannya, keadaannya lebih renddah dari kalian. Niscaya, kalian akan banyak bersyukur.

Genthonesia

April 12, 2009 pukul 10:41 pm | Ditulis dalam Cerita, Iseng, Senyum dong... | 1 Komentar

Dalam suatu acara syukuran yang pernah simbah ikuti, ada satu tokoh agama setingkat modin (tokoh agama) yang waktu itu didapuk sebagai pembaca doa penutup. Doa dibuka dengan lancarnya, dilanjutkan dengan suara agak samar semi hewes-hewes. Para hadirin mengamininya dengan agak semangat, dikarenakan acara segera bubaran. Namun simbah agak terkaget manakala di tengah hewes-hewes itu, sang modin membaca doa “Allahummaghfirlahu, Continue Reading Genthonesia…

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.